1. Jumpa Pers (news conference).
Jumpa pers adalah wawancara antar sumber berita, biasanya suatu lembaga dengan para wartawan yang diundang oleh lembaga itu untuk menerima informasi/press release. Dalam acara Jumpa pers semacam ini wartawan/reporter kurang mendapat kesempatan wawancara yang eksklusif dan juga tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan, hal ini tidak semua wartawan mendapat kesempatan bertanya karena jumlah pertanyaan dibatasi bahkan kadang-kadang sifat jumpa pers yang diadakan secara tertutup dan tidak ada kesempatan tanya jawab.
Sumber hanya menginginkan memberikan informasi/pernyataan saja, Dalam hal ini reporter/wartawan harus kreatif untuk merancang waktu khusus diluar jumpa pers untuk wawancara tersendiri. Dalam jumpa pers reporter diberi siaran berita secara tertulis yang sudah terstruktur mulai judul, tanggal atau baris tanggal yang berisi petunjuk tempat kejadian, tanggal dan identitas, teras berita yang berisi substansi berita, tubuh berita dan elaborasi atau catch-all, yang berisi tambahan keterangan dan penjelasan, data-data pendukung.
Press release yang sudah lengkap seperti itu meringankan reporter karena reporter tidak perlu menulis ulang, tinggal memasukkan ke lembaga penyiaran untuk disiarkan. Jumpa pers semacam ini biasa disebut pers klaar, yaitu siaran pers yang sudah siap dan sepadan dengan standar ukuran redaktur sehingga redaktur tertarik untuk memuat tanpa harus menulis ulang.
Jumpa pers memiliki ciri-ciri yang khas sebagai berikut.
• Waktu ditentukan oleh lembaga yang mengadakan jumpa pers
• Masalah yang ditanyakan baru muncul pada saat jumpa pers berlangsung.
• Reporter atau wartawan diundang untuk diberi informasi.
• Jumpa pers berlangsung cepat sekitar 30 menit.
2. Wawancara Spontan (on the spot interview).
Wawancara spontan adalah wawancara yang diadakan secara spontan/mendadak, tanpa ada janji antara reporter dan sumber berita.
Dalam wawancara seperti ini reporter harus siap, sigap dan antisipatip serta selalu bereaksi secara cepat melihat situasi dan kondisi yang berkembang. Disamping itu reporter harus menyadari bahwa nara sumber juga belum tentu siap diwawancarai oleh karena itu reporter perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:
• Memilih nara sumber untuk diwawancarai sesuai kapasitas dan pengetahuannya.
• Melakukan pendekatan dengan cepat dan menjelaskan tujuan wawancara.
• Terhadap masyarakat umum yang diwawancarai, sehubungan dengan peran mereka sebagai saksi mata dalam suatu peristiwa, hendaknya ditanyakan hal-hal yang diketahui dan dilihatnya saja tanpa diminta pendapat dan opininya.
3. Wawancara Serempak dalam bentuk kelompok diskusi (group interview).
Dengan wawancara seperti ini reporter mendapatkan informasi yang beragam dan menarik, karena ada diskusi dan penajaman pikiran.
Reporter tinggal mengajukan beberapa pertanyaan kunci, masing-masing narasumber akan melemparkan pendapatnya sehingga tercipta pro dan kontra. Reporter tinggal membandingkan, mempertentangkan menganalisis dan menafsirkan opini dengan konteks dan tujuan laporan yang direncanakan, Model wawancara ini lebih efisien dalam waktu dan reporter dapat mengarahkan narasumber untuk menjawab secara beragam karena jawabannya langsung dapat dipertentangkan.
Berdasarkan kegiatannya wawancara seperti ini dapat dibedakan sebagai berikut.
- Man in the street interview. Wawancara ini dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan pendapat beberapa orang terhadap suatu keadaan atau kebijakan baru pemerintah. Dengan istilah populer mengumpulkan pendapat umum, Biasanya dilakukan segera setelah terjadi peristiwa penting dikeluarkannya kebijakan baru pemerintah.
- Casual interview (wawancara tidak resmi dan mendadak). Reporter tidak meminta secara resmi kepada narasumber untuk diwawancarai, tetapi secara kebetulan terjadi pertemuan antara reporter dan narasumber (tokoh), kemudian secara spontan dilakukan wawancara.
- Personality interview, Yaitu wawancara tentang pribadi seorang yang mempunyai nilai berita karena reputasinya atau karena kehidupannya yang unik.
- News interview. Yaitu wawancara yang berkaitan dengan berita yang bersangkutan dan untuk memperoleh bahan pemberitaan.
- Prepared question interview. Wartawan/reporter menuliskan pertanyaan-pertanyaan untuk disampaikan kepada pejabat melalui sekretarisnya karena wartawan sangat membutuhkan informasi penting dari pejabat itu, sedangkan pejabat tersebut sulit ditemui.
- Group interview. Yaitu wawancara terhadap beberapa orang narasumber dijalankan sekaligus untuk membahas suatu persoalan atau implikasi persoalan. Situasinya seperti diskusi atau mirip dengan siaran radio dan televisi.
Ciri-ciri wawancara pada umumnya memiliki kekhasan tersendiri diantaranya sebagai berikut:
- Dilakukan setiap saat sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara reporter dan nara sumber/pejabat yang akan diwawancarai.
- Reporter sudah siap pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.
- Reporter yang memiliki inisiatif untuk memperoleh informasi.
- Waktu pertemuan sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
0 comments:
Post a Comment